Diare akut II.1.1. Definisi
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat lebih dari 3x/hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak, dan berlangsung dalam waktu kurang dari satu minggu (Mansjoer dkk, 1999).
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila buang air besar sudah lebih dari empat ali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, bila frekuensinya lebih dari tiga kali.
II.1.2. Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meiputi :
- Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Champylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.
- Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
- Infestasi parasit : Cacin (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongiloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefaltis dan sebagainya.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intolernsi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.
II. 1.3. Patogenesis
Diare akut akibat infeksi terutama ditularkan secara fekal oral. Hal ini disebabkan masukan makanan dan minuman yang terkontaminasi tinja ditambah dengan ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, atau yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Rotavirus, Norwalk), tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile) atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agen) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme seprti daya tahan tubuh yang menurun, keasaman lambung, juga mencakup flora normal usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus, serta daya lekat kuman-kuman yang membentuk koloni yang dapat menginduksi diare (Mansjoer dkk, 1999).
II.1.4. Penatalaksanaan
1. Pengobatan dengan pengembalian cairan (rehidrasi)
Pengobatan dengan rehidrasi bisa dilakukan dengan secara oral atau intravena, yaitu :
a. Rehidrasi dengan oral dapat diberikan Oralit dengan bungkus 200 ml tersedia cukup sampai di Posyandu dan dapat diberikan secara gratis kepada masyarakat. Cara melarutkan oralit harus dilakukan sesuai dengan dosis dan petunjuk yaitu :
Umur (tahun) 3 jam pertama Setiap muntah/ mencret
<1 1,5 gelas 0,5
1-4 3 1
4-12 4,5 1,5
>12 6 2
Cara yang benar meminum oralit adalah larutan oralit diteguk sedikit demi sedikit (2-3 kali lalu berhenti 3 menit). Hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan oralit diserap oleh usus untuk menggantikan garam dan cairan yang dihitung dalam feses. Apabila diare masih berlanjut, minum oralit harus diteruskan sampai beberapa bungkus atau gelas (3-8) sehari. Penggunaan oralit yang benar biasanya dapat menghentikan diare dengan cepat dan efisien (Depkes, 1998).
Penggunaan cairan rumah tangga. Apabila di rumah tidak tersedia oralit, maka penderita dianjurkan diberi cairan rumah tangga seperti :
a. Larutan Gula Garam (LGG)
b. Air tajin
Penggunaan cairan rumah tangga bersifat sementara untuk pertolongan pertama. Penderita diare harus dibawa ke sarana kesehatan bila dalam tiga hari tidak membaik atau :
1. Buang air besar makin sering dan banyak sekali.
2. Muntah terus menerus
3. rasa haus yang nyata
4. tidak dapat minum atau makan
5. demam tinggi
6. ada darah dalam tinja
b. Rehidrasi dengan cairan intravena
Cairan intravena dapat diberikan pada penderita diare dengan dehidrasi berat, misalnya RL, Dextrose 5% dan NaCl.
Umur (tahun) Dosis Awal (30 ml/kg BB) Kemudian (70 ml/kg BB)
<1 1 jam 5 jam
>1 2 jam 2,5 jam
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti yang dijelaskan dalam konsep HL Blum bahwa status kesehatan seseorang ditentukan oleh 4 faktor yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan atau biologik/keturunan . Beberapa intervensi dapat dilakukan pada faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan yang merupakan faktor paling berperan dalam mempengaruhi status kesehatan seseorang. Intervensi ini dapat dilakukan oleh dokter keluarga sebagai pemberi pelayanan paripurna (Notoadmodjo, 2003).
Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan 2 hari BAB cair, 5-10x /hari dengan frekuensi bertambah sering, 24 jam pertama BAB tdak bercampur lendir dan darah. Demam ringan dirasakan seiring dengan BAB cair, nafsu makan menurun, badan terasa lemah. Sebagai seorang dokter keluarga dengan permasalahan demikian harus bisa menjalankan peran sebagai dokter keluarga yaitu :
1. Memandang pasien secara holistik
Diare adalah suatu penyakit yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Gaya hidup : kebiasaan makan, kebiasaan hidup bersih seperti cuci tangan, kebiasaan memasak makanan, kebiasaan mencuci makanan seperti sayur dan buah-buahan.
b. Lingkungan psikobiologik : ketahanan tubuh pasien, penyakit-penyakit kronik yang diderita pasien.
c. Lingkungan sosiobiologik : stress, hiburan, pendidikan, interaksi sosial.
d. Organisasi pelayanan kesehatan : balai pengobatan yang terdekat.
Pada pasien ini timbulnya diare kemungkinan disebabkan oleh berbagai hal yaitu. Kebiasaan untuk makan makanan yang tidak bersih. Menyebabkan mudahnya kuman masuk ke dalam tubuh. Kebiasaan untuk jajan atau makan di warung yang higienisnya masih diragukan memungkinkan untuk masuknya penyakit melalui makanan. Untuk mengurangi timbulnya penyakit serupa dan kelainan infeksi yang lain diperlukan perbaikan pada semua aspek ini. Intervensi dapat dilakukan misalnya edukasi untuk sedikit demi sedikit mengubah gaya hidup yang kurang sehat, faktor psikobiologik, sosioiologik.
2. Memberikan pelayanan secara komprehensif atau paripurna
Dokter keluarga dengan segenap kemampuanya berusaha untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit pasien secara tepat. Menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia untuk kepentingan pasien dan merujuk pasien jika masalahnya memerlukan penanganan khusus.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien ini didiagnosis sebagai diare akut dengan dehidrasi sedang. Namun demikian untuk mencari penyebabnya diperlukan berbagai pemeriksaan diantaranya adalah darah rutin dan feses rutin. Pemeriksaan tersebut sebaiknya dilakukan jika pengobatan tidak efektif. Pengobatan di tingkat primer terutama ditujukan untuk eradikasi kuman secara empirik dan rehidrasi dengan mengkonsumsi makanan dan minuman sesuai dengan cairan yang keluar, minuman yang banyak mengandung elektrolit seperti oralit, minuman yang mengandung probiotik. banyak mengkonsumsi makanan yang bergizi, menghindari makanan yang merangsang, dll.
3. Memberikan pelayanan yang bersinambung, koordinatif dan kolaboratif
Dokter keluarga bertanggung jawab untuk terus memantau perkembangan pasien hingga pasien sembuh. Pada pasien ini setelah dipantau tidak terjadi penurunan frekuensi maupun perubahan konsistensi feses maka dokter keluarga sesuai perannya merujuk pasien ke tingkat pelayanan sekunder. Di tingkat pelayanan sekunder pasien akan mendapatkan fasilitas-fasilitas dalam rangka untuk menegakkan diagnosis dan mengobati pasien. Diharapkan jika penyebab penyakit ditemukan maka pengobatan khususnya antibiotik dapat diberikan secara tepat. Selain itu untuk mengatasi dehidrasi dapat dilakukan rehidrasi dengan pemberian cairan parenteral mengingat nafsu untuk makan yang menurun serta kondisi yang lemah.
4. Mengutamakan Pencegahan,mengutamakan keluarga dan mempertimbangkan komunitasnya.
Pada pasien ini dapat dilakukan upaya pencegahan primer agar tidak terjadi kasus yang sama, upaya pencegahan sekunder untuk menghidari bahaya dehidrasi. Upaya pencegahan primer dapat dilakukan dengan mmemberi edukasi agar makan teratur, mengatur waktu agar tidak kelelahan dalam bekerja. Keluarga sebagai motivator perlu dibeerikan wawasan mengenai peran dalam kasus ini. Komunitas sebagai lingkungan sosialnya dapat membantu dengan mengingatkan kebiasaan-kebiasaan pasien yang kurang sehat.
Secara umum yang mempengaruhi kondisi pasien ini adalah perilaku. Untuk lingkungan, genetik, jangakauan pelayanan kesehatan kurang mempengaruhi. Lingkungan kos maupun rumah termasuk sehat, keturunan atau genetik tidak berhubungan dengan penyakit sekarang sedangkan pelayanan kesehatan pasien bisa menjangkau baik lokasi maupun biaya. Perilaku yang paling berpengaruh yaitu kebiasaan kurang tidur dan makan tidak teratur membuat daya tahan tubuh pasien menurun sehingga mudah terserang penyakit seperti yang dialami sekarang.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. Kesimpulan
Secara umum yang mempengaruhi kondisi pasien ini adalah perilaku. Untuk lingkungan, genetik, jangakauan pelayanan kesehatan kurang mempengaruhi. Lingkungan rumah termasuk sehat, keturunan atau genetik tidak berhubungan dengan penyakit sekarang sedangkan pelayanan kesehatan pasien bisa menjangkau baik lokasi maupun biaya.
IV.2. Saran
Edukasi mengenai semua faktor yang mempengaruhi status kesehatan perlu dilakukan untuk semua pasien. Untuk pasien ini kebiasaan untuk mengubah perilaku hidup sehat perlu diterapkan karena dapat akan berakibat buruk baik jangka pendek maupun panjang mengingat ada faktor keturunan yaitu hipertensi. Untuk keluarga juga perlu untuk mengubah perilaku agar hipertensi yang sudah diderita tidak menimbulkan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Bina Rupa Aksara, Jakarta
Depkes RI., 2006, Press Release Menkes Kirim Tim Dan Bantuan Obat Untuk Atasi Diare Di Papua. http://www.ppmk-depkes.or.id/press_detail.php?id=23& PHPSESSID=f99c4f1f0f1e2df9086d eeb7964cd30f diakses 22 Juni 2006
Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2005, Bahan Ajar Mteri Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Pada Pelatihan Pengelola Poliklinik Kesehatan Desa Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., 1999. Gastroenterologi Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke-3, Media Aesculapius, Jakarta.
Rohim, K., 2002. Ilmu Penyakit Infeksi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.